Dikutip dari website http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=623:fpi-syiah-dan-sunni-harus-saling-menghormati&catid=42:gozaresh&Itemid=98 pada tanggal 2 Mei 2011 jam 11.45 WITA
Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab meminta penganut aliran Syiah dan Sunni saling menghormati. Hal ini disampaikan menanggapi penyerangan Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islami , di Pasuruan, Jawa Timur kemarin. "Saya pikir soal Syiah dan Sunni ini kan sudah ada kesepakatan muktamar internasional di Qatar Februari 2009 lalu. Dimana Sunni dan Syiah harus saling menghargai satu sama lainnya," kata Habib Rizieq usai bertemu Menteri Dalam Negeri di Jakarta, Rabu (16/2/2011).
Menurutnya ada dua poin poin penting hasil mukhtamar yang harus dijalankan oleh Sunni dan Syiah. Pertama ulama Suni maupun Syiah tidak boleh membuat pernyataan lisan maupun tulisan yang menghina keluarga dan kerabat nabi. “Ini sudah kesepakatan," jelasnya.
Kedua, lanjut pria yang biasa berpakaian putih ini, ulama Sunni juga tidak boleh membawa misi Sunni ke negeri berpenduduk Syiah begitu juga sebaliknya.
"Intinya kalau kita tahu mayoritas Sunni jangan ada kelompok lain memanfaatkan dan memaksakan kehendaknya, itu pasti mengundang konflik," tegasnya.
Dia mencontohkan ulama Sunni tidak coba-coba men-sunnikan orang Iran yang kebanyakan beraliran Syiah, begitu juga ulama Iran jangan coba-coba mensyiahkan orang Indonesia.
"Jadi saya pikir masing-masing pihak jaga diri, kita tidak melarang setiap orang punya keyakinan, tapi pahamilah kondisi di republik ini," pintanya. (gresnews/ded)
Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab meminta penganut aliran Syiah dan Sunni saling menghormati. Hal ini disampaikan menanggapi penyerangan Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islami , di Pasuruan, Jawa Timur kemarin. "Saya pikir soal Syiah dan Sunni ini kan sudah ada kesepakatan muktamar internasional di Qatar Februari 2009 lalu. Dimana Sunni dan Syiah harus saling menghargai satu sama lainnya," kata Habib Rizieq usai bertemu Menteri Dalam Negeri di Jakarta, Rabu (16/2/2011).
Menurutnya ada dua poin poin penting hasil mukhtamar yang harus dijalankan oleh Sunni dan Syiah. Pertama ulama Suni maupun Syiah tidak boleh membuat pernyataan lisan maupun tulisan yang menghina keluarga dan kerabat nabi. “Ini sudah kesepakatan," jelasnya.
Kedua, lanjut pria yang biasa berpakaian putih ini, ulama Sunni juga tidak boleh membawa misi Sunni ke negeri berpenduduk Syiah begitu juga sebaliknya.
"Intinya kalau kita tahu mayoritas Sunni jangan ada kelompok lain memanfaatkan dan memaksakan kehendaknya, itu pasti mengundang konflik," tegasnya.
Dia mencontohkan ulama Sunni tidak coba-coba men-sunnikan orang Iran yang kebanyakan beraliran Syiah, begitu juga ulama Iran jangan coba-coba mensyiahkan orang Indonesia.
"Jadi saya pikir masing-masing pihak jaga diri, kita tidak melarang setiap orang punya keyakinan, tapi pahamilah kondisi di republik ini," pintanya. (gresnews/ded)